Uncategorized

Jelang HUT ke-43 Volkswagen Beetle Club, Ketum IMI Bamsoet Ajak Lestarikan Mobil Klasik

×

Jelang HUT ke-43 Volkswagen Beetle Club, Ketum IMI Bamsoet Ajak Lestarikan Mobil Klasik

Sebarkan artikel ini

ifaktanews.idJAKARTA – Anggota DPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menuturkan dalam rangka memperingati HUT ke-43 Volkswagen Beetle Club (VBC) tanggal 22 Juni 2025 di Sentul Bogor Jawa Barat, pentingnya peran komunitas otomotif dalam melestarikan mobil klasik di tengah era mobil listrik dan digital sangatlah vital. Komunitas ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, memperkuat nilai-nilai tradisi sambil tetap relevan dengan perkembangan teknologi. Melalui upaya penyebaran pengetahuan, pelatihan praktis, dan promosi mobil klasik ke publik, mereka memastikan bahwa warisan otomotif tidak hanya akan dikenang, tetapi juga akan terus hidup dan beradaptasi di masa mendatang.

“Dalam era kemajuan teknologi yang pesat, di mana mobil listrik dan sistem digital mendominasi industri otomotif, keberadaan mobil klasik menghadapi tantangan serta peluang yang unik. Di sinilah peran komunitas otomotif menjadi sangat penting, bukan hanya sebagai pelindung warisan budaya, tetapi juga sebagai penggerak untuk melestarikan nilai-nilai estetika dan teknis yang terkandung dalam setiap kendaraan klasik,” ujar Bamsoet saat menerima Pengurus Volkswagen Beetle Club (VBC) di Jakarta, Minggu (15/6/25).

Pengurus Volkswagen Beetle Club hadir antara lain Ketua Umum Adi Yunadi Endjun, Ketua Harian Gregory, Sekretaris Ario Mudarso, Ketua Panitia 43 HUT VBC Johanes Da Silva serta Ketua Beetle Battle Bandung 2025 Kemas Yulius. Hadir pula Komunikasi dan Media IMI Pusat Dwi Nugroho Marsudianto.

Ketua MPR RI ke-15 dan Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, data dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat pada tahun 2024 mencatat lebih dari 12.000 unit kendaraan klasik yang masih tercatat aktif digunakan di Indonesia, dan sebagian besar pemiliknya tergabung dalam komunitas. Komunitas inilah yang secara informal menjadi pusat dokumentasi teknis, tempat berbagi ilmu restorasi, dan sumber jaringan suku cadang langka yang tidak bisa ditemukan di toko daring biasa. Mereka menyimpan pengetahuan yang tidak dimiliki pabrikan, bahkan seringkali lebih detail dari manual pabrikan itu sendiri.

“Apa yang dilakukan komunitas otomotif dalam melestarikan mobil klasik bukan hanya urusan mekanik. Ini juga soal nilai. Mobil klasik bukan sekadar barang tua, tetapi bagian dari sejarah teknologi, ekonomi, bahkan seni desain. Setiap mobil klasik membawa cerita tentang masa di mana mobil dibuat bukan untuk kecepatan atau efisiensi semata, tetapi untuk mencerminkan karakter pemiliknya,” kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan, di tengah kemunculan kendaraan listrik dan digitalisasi otomotif yang menekankan koneksi internet, AI, dan efisiensi energi, komunitas mobil klasik menunjukkan bahwa ada ruang bagi nostalgia masa lalu. Bahkan, beberapa komunitas kini mulai mengadopsi teknologi untuk memperluas jangkauan dan daya tarik mereka. Di Instagram dan TikTok, akun-akun komunitas mobil klasik menampilkan konten menarik yang tidak hanya estetis, tetapi juga edukatif. Generasi muda yang semula asing dengan mesin karburator, kini mulai tertarik belajar karena melihat konten-konten tentang proses restorasi atau test drive mobil tahun 70-an yang tetap gagah di jalan.

“Melestarikan mobil klasik di tengah era digital dan mobil listrik bukan sekadar tentang mempertahankan wujud fisik mobil. Tetapi juga tentang menjaga narasi panjang peradaban manusia. Tentang bagaimana kita mencintai hasil karya, menghormati proses, dan menghidupkan kembali kenangan yang tidak tergantikan oleh software atau sensor,” pungkas Bamsoet. (Arif/Ris*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *